Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, membeberkan nasib warga Mariupol setelah kota pelabuhan itu diduduki pasukan Rusia. Hamianin mengungkapkan puluhan ribu warga Mariupol yang tersisa kini hidup dalam kesengsaraan. Mereka hanya mengandalkan air hujan untuk kebutuhan minum karena akses air terputus akibat perang.
Tak hanya itu, mereka juga hidup tanpa listrik dan persediaan makanan yang menipis. "Wilayah ini (Mariupol) adalah bencana. (Sebanyak) 10.000 50.000 warga masih di dalam kota yang dihancurkan, dan orang orang tidak diberi pasokan, dukungan, atau bantuan apa pun oleh tentara pendudukan Rusia." "Tidak ada listrik, air, atau persediaan makanan. Mayoritas orang minum dari air yang mereka kumpulkan dari hujan, atau di suatu tempat seperti air teknis dari sistem pemanas sentral," tutur Hamianin dalam konferensi pers virtual, Selasa (5/7/2022), dilansir Kompas.com.
Sementara itu, warga lokal Mariupol, Vladimir Korchma (55), mengungkapkan situasi di kotanya saat ini lebih buruk daripada neraka. Ia mengatakan warga Mariupol tak memiliki akses gas atau listrik. Hanya orang orang yang beruntung yang masih memiliki air.
“Itu lebih buruk daripada neraka di sana. Tidak ada kata kata untuk menggambarkannya,” ujar Korchma yang seumur hidupnya tinggal di Mariupol dan bekerja sebagai masinis di sebuah pabrik lokal, dikutip dari . “Kami tidak punya gas atau listrik. Hanya mereka yang beruntung yang memiliki air,” imbuhnya. Melihat situasi kotanya yang semakin memburuk, Korchma memutuskan pergi pada akhir Mei 2022, bertepatan dengan klaim Rusia yang mengatakan telah mengambilalih Mariupol.
Penasihat Wali Kota Mariupol, Petro Andryushchenko, mengatakan air minum tetap menjadi masalah nomor satu di kotanya. Rusia hanya menghubungkan 502 rumah, termasuk rumah pribadi, ke akses air. Mengutip , ini berarti hanya 1,35 persen dari keseluruhan rumah di Mariupol yang memiliki akses ke air, sekitar lima persen dari populasi kota saat ini.
Saat ini, sama sekali tak ada air yang tersedia, bahkan air yang berkualitas rendah sekalipun. Sebanyak 2.280 gedung apartemen dan 48.000 rumah pribadi (total 50.280) terdaftar di Mariupol. Lebih dari 40 persen dari 1.368 bangunan tinggi kota telah rusak, demikian juga 12.000 rumah pribadi.
Angka angka ini membuktikan bahwa masalah air minum dan jenis air lainnya tetap menjadi masalah nomor satu bagi warga Mariupol. Menurut pihak berwenang Ukraina, sekitar 22.000 penduduk Mariupol telah tewas sejak awal invasi besar besaran Rusia. Wali Kota Vadym Boychenko, yakin bahwa pada akhir tahun 2022 setidaknya 10.000 penduduk Mariupol akan meninggal karena kondisi dan penyakit yang tidak sehat.
“Para penjajah (Rusia) telah mengubah Mariupol menjadi ghetto (istilah untuk tempat tinggal warga Yahudi) abad pertengahan." "Tingkat kematian akan bertambah. Tanpa obat obatan dan bantuan medis, pemulihan pasokan air, dan saluran pembuangan yang layak, epidemi akan merebak di kota,” terangnya, Evakuasi warga Mariupol hanya mungkin dilakukan setelah pemeriksaan teliti di pos pemeriksaan pasukan Rusia.
Orang orang Ukraina diinterogasi, sidik jari mereka diambil, isi telepon mereka diperiksa, dan mereka diminta untuk menanggalkan pakaian dan menunjukkan tato apa pun. Mereka yang tidak lulus "penyaringan" seperti itu dikirim ke kamp kamp khusus di wilayah pendudukan wilayah Donetsk. Biasanya para pemuda, yang dicurigai oleh pasukan pendudukan Rusia sebagai anggota pasukan keamanan Ukraina, berakhir di sana.
Rusia mengklaim pasukannya telah mengambil kendali atas wilayah Luhansk yang berada di timur Ukraina setelah berhasil menguasai Lysychansk dalam pertempuran. Dilansir CNBC, Senin (4/7/2022), Rusia telah memusatkan kampanye militernya di Donbas, yang meliputi wilayah Luhansk dan Donetsk. Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, kemudian memberi tahu Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Luhansk telah 'dibebaskan', seraya menambahkan pasukannya telah merebut desa desa di sekitar Lysychansk, Ukraina.
Shoigu menegaskan, pasukan Rusia dan sekutu mereka di daerah itu telah mendapatkan kendali penuh atas kota Lysychansk. Penasihat Menteri Pertahanan Ukraina, Yuriy Sak, mengatakan dirinya tidak dapat memastikan bahwa Lysychansk berada di bawah kendali penuh Rusia. Sedangkan kota Sloviansk yang berada di sebelah barat Lysychansk pada Minggu (3/7/2022), mendapat serangan rudal dari pasukan Rusia.
Serangan ini merenggut nyawa warga sipil dan beberapa warga sipil juga mengalami luka luka. Sebelumnya, ribuan warga sipil telah tewas dan kota kota diratakan sejak Rusia menginvasi. Kyiv menuduh Moskow sengaja menargetkan warga sipil.
Kementerian pertahanan Rusia juga mengatakan pada Minggu (3/7/2022), bahwa pihaknya telah menyerang infrastruktur militer Kharkiv, kota terbesar kedua Ukraina di timur laut negara itu, di mana pasukan Ukraina telah menggali dan membangun benteng beton setelah terjadinya baku tembak. Ukraina mengatakan bahwa puluhan warga sipil telah tewas dan terluka di wilayah itu dalam beberapa pekan terakhir.